SEORANG NASHRANI MASUK ISLAM BERKAT
MEMULIAKAN ASYURA
Oleh KH. Abdullah Afif
وَحكَى الْيَافِعِيُّ
أَنَّهُ كَانَ فِي الرَّيِّ قاضٍ غَنِيٍّ، فَجَاءَهُ فَقِيْرٌ يَوْمَ
عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ
لَهُ: أَعَزَّ اللهُ الْقَاضِيَ
أَنَا رَجُلٌ فَقِيْرٌ ذُوْ عِيَالٍ، وَقَدْ جِئْتُكَ مُسْتَشْفِعًا بِحُرْمَةِ هَذَا الْيَوْمِ لِتُعْطِيَنِيْ عَشْرَةَ أَمْنَانِ خُبْزٍ
وَخَمْسَةَ أَمْنَانِ
لَحْمٍ، وَدِرْهَمَيْنِ،
فَوَعَدَهُ الْقَاضِيْ بِذَلِكَ إِلَى وَقْتِ الظُّهْرِ،
Imam Yafi’i menceritakan:
Bahwasanya di
kota Array (kota kuna terletak di Iran Utara) terdapat Qadhi yang
kaya-raya. Suatu hari
kebetulan hari Asyura’ datanglah seorang faqir. Berkatalah si miskin tadi, “Semoga Allah
memulyakan tuan Qadhi,
Wahai tuan Qadhi, adalah saya seorang faqir yang mempunyai
tanggungan keluarga.
Demi kemuliaan hari ini, saya meminta pertolongan dari tuan agar tuan memberi saya sepuluh
keping roti, lima potong daging dan uang dua dirham.”
Sang Qadhi menjanjikan
akan memberinya pada waktu
Zhuhur
فَرَجَعَ فَوَعَدَهُ
إِلَى الْعَصْرِ، فَلَمَّا
جَاءَ وَقْتُ الْعَصْرِ لَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا،
Orang faqir itu pun kembali pada waktu Zhuhur kepada sang Qadhi, tapi
sang Qadhi menjanjikannya
sampai waktu Ashar. Dan ketika datang waktu Ashar, sang Qadhi tidak
memberikan apa-apa
فَذَهَبَ الْفَقِيْرُ
مُنْكَسِرَ الْقَلْبِ،
Maka pergilah si faqir dengan patah hati
فَمَرَّ بِنَصْرَانِيٍّ
جَالِسٍ بَابَ دَارِهِ فَقَالَ لَه: بِحَقِّ هَذَا الْيَوْمِ أَعْطِنِيْ شَيْئًا
Maka si faqir melewati seorang nashrani yang sedang duduk-duduk di hadapan pintu rumahnya.
Berkatalah si faqir kepada
si nashrani: “ Demi keagungan ini hari, berilah saya sesuatu.”
فَقَال النَّصْرَانِيُّ:
وَمَا هَذَا الْيَوْمُ؟
Si Nashrani bertanya, “Hari apakah hari ini?”
فَذَكَرَ لَهُ الْفَقِيْرُ
مِنْ صِفَاتِهِ شَيْئًا،
Maka si faqirpun menerangkan
sebagian keutamaan-keutamaan
hari Asyura’.
فَقَالَ لَهُ النَّصْرَانِيُّ:
اُذْكُرْ حَاجَتَكَ فَقَدْ أَقْسَمْتَ بِعَظِيْمِ الْحُرْمَةِ،
Berkata si Nashrani , “Katakan apa hajatmu, karena engkau telah
bersumpah dengan agungnya kemuliaan hari Asyura
فَذَكَرَ لَهُ الْخُبْزَ وَاللَّحْمَ وَالدِّرْهَمَيْنِ،
Maka si faqir menuturkan
kepada si nashrani (kebutuhannya,
yaitu) sepuluh keping roti, lima potong daging dan uang dua dirham
فَأَعْطَاهُ
عَشْرَةَ أَقْفِزَةِ
حِنْطَةٍ وَمِائَةً مِنْ لَحْمٍ وَعِشْرِيْنَ دِرْهَمًا وَقَالَ: هَذَا لَكَ
وَلِعِيَالِكَ مَا دُمْتُ
حَيًّا فِيْ كُلِّ شَهْرٍ، كَرَامَةً لِهَذَا الْيَوْمِ،
Maka si nashranipun memberi
si faqir sepuluh qafizah (nama takaran, kurang lebih 12 sha`) gandum,
seratus potong daging dan uang dua puluh dirham seraya berkata: “Ini
untuk kamu dan keluarga kamu, selagi aku masih hidup (akan aku beri)
setiap bulan, karena kemuliaan hari ini.”
فَذَهَبَ الْفَقِيْرُ
إِلَى مَنْزِلِهِ،
Dan pulanglah si faqir ke rumahnya
فَلَمَّا جُنَّ اللَّيْلُ وَنَامَ الْقَاضِيْ سَمِعَ هَاتِفًا يَقُوْلُ: اِرْفَعْ
رَأْسَكَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَأَبْصَرَ قَصْرًا مَبْنِيًّا بِلَبِنَةٍ مِنْ ذَهَبٍ وَلَبِنَةٍ مِنْ فِضَّةٍ، وَقَصْرًا مِنْ
يَاقُوْتَةٍ حَمْرَاءَ
يَبِيْنُ ظَاهِرُهُ مِنْ بَاطِنِهِ،
فَقَالَ: إِلَهِيْ مَا هَذَانِ الْقَصْرَانِ؟ فَقِيْلَ لَهُ: هَذَانِ كَانَا لَكَ
لَوْ قَضَيْتَ حَاجَةَ الْفَقِيْرِ،
فَلَمَّا رَدَدْتَهُ
صَارَا لِفُلَانٍ اَلنَّصْرَانِيِّ،
قَالَ: فَانْتَبَهَ
الْقَاضِيْ مَرْعُوْبًا يُنَادِيْ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُوْرِ،
. Ketika malam tiba dan sang Qadhi tidur dan bermimpi mendengar
suara seseorang yang tidak terlihat orangnya, orang itu berkata:
“Angkat kepalamu!”.
Maka sang qadhipun mengangkat
kepalanya, tiba-tiba dai
melihat dua buah istana yang dibangun dari batu-bata bersalut emas dan
sebuah lagi dibangun dari yaqut merah.
Ia bertanya, “Ya Tuhan, apa dua istana ini ?”
Terdengar jawaban, “Keduanya untuk kamu andaikan saja kamu mau memenuhi
hajat si faqir. Maka ketika kamu menolak dia, kini istana itu milik
seorang Nashrani .”
فَغَدَا إِلَى النَّصْرَانِيِّ
فَقَالَ لَهُ: مَاذَا فَعلتَ الْبَارِحَةَ مِنَ الْخَيْرِ؟
Sang Qadhipun pergi ke rumah si nashrani seraya bertanya kepadanya ,
“Amal kebaikan apakah gerangan yang kau buat tadi siang ?”
فَقَالَ: وكَيْفَ ذَلِكَ؟
Si nashrani bertanya: “Ada apa gerangan ?”
فَذَكَرَ لَهُ الرُّؤْيَا
ثم قال له: بِعْنِيْ الْجَمِيْلَ
الَّذِيْ عَمِلْتَهُ
مَعَ الْفَقِيْرِ بِمِائَةِ
أَلْفِ دِرْهَمٍ،
Maka sang qadhipun menceritakan
mimpinya, kemudian dia berkata kepada si nashrani: ““Juallah amal baik
yang engkau perbuat terhadap si faqir kepadaku dengan harga seratus
ribu dirham !”
فَقَالَ: أَيُّهَا الْقَاضِيْ
كُلُّ مَقْبُوْلٍ غالٍ
لَا أَبِيْعُ ذَلِكَ بِمِلْءِ الْأَرْضِ كُلِّهَا أَتَبْخَلُ عَلَيَّ بِالْقَصْرَيْنِ؟
Kata si Nashrani: “ Wahai Qadhi, setiap amal yang diterima adalah
mahal, aku tidak akan menjualnya
sekalipun dengan harga bumi serta seisinya, apakah kamu kikir (sayang
/ tidak mau memberikan)
kedua istana itu untukku ?”
فَقَالَ: أَنْتَ لَسْتَ بِمُسْلِمٍ،
Sang qadhipun berkata: “Bukankah engkau bukan orang Islam ?”
فَقَطَعَ الزُّنَّارَ
وَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ دِيْنَهُ هُوَ
الْحَقُّ.
Ketika itu juga orang Nashrani itu memotong ikat pinggangnya, dan mengucapkan dua kalimat syahadat:
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAAH
Dan sesungguhnya agama nabi
Muhammad adalah yang benar
Sumber:
Kitab Irsyadul Ibad halaman 78 (maktabah syamilah halaman 149)
Wallaahu A'lam
Semoga bermanfaat.
0 komentar: