Senin, 12 November 2012

MAKALAH MU MAKALHKU PAI

Posted by http://smpm6klego.blogspot.com  |  at  23.58



MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pendidikan merupakan faktor penting yang mempunyai peranan yang besar dalam memajukan suatu bangsa. Tujuan pendidikan itu merupakan tujuan dari negara itu sendiri. Bangsa Indonesia merdeka setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ialah terbebasnya suatu bangsa dari belenggu penjajahan.
Mengamati perjalanan sejarah pendidikan Islam sungguh menarik dan memiliki proses yang amat panjang. Perjuangan para tokoh Muslim yang berupaya sekuat tenaga untuk mengajarkan Islam dengan cara mendirikan lembaga–lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren, majlis taklim dan sebagainya. Dari lembaga inilah kemudian lahir tokoh-tokoh muslim yang berperan besar dalam mewujudkan kemerdekaan dan membela risalah Islam.

B.     Rumasan Masalah
1.      Bagaimana Pendidikan Islam Pada masa sekarang?
2.      Apa Tujuan Setiap Jenjang Pendidikan Islam pada sekarang?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pendidikan Islam pada masa Sekarang
2.    Untuk mengetahui tujuan setiap jenjang pendidikan Islam pada masa Sekarang


BAB II
PEMBAHASAN
1.  Pengertian Dasar Ilmu Pendidikan Islam
            Dasar (Arab: Asas; Inggris: Foudation; Perancis: Fondement; Laitn: Fundamentum) secara bahasa berarti alas, fundamen, pokok atau pangkal segala sesuatu ( pendapat, ajaran, aturan).[1][1]Dasar megandung pengertian sebagai berikut:
Pertama,  sumber dan sebab adanya sesuatu. Umpamanya, alam rasional adalah dasar alam inderawi. Artinya, alam rasional merupakan sumbr dan sebab adanya alam inderawi.
Kedua, proposisi paling umum dan makna paling luas yang dijadikan sumber pengetahuan, ajaran atau hukum. Umpamanya, dasar induksi adalah prinsip yang membolehkan pindah dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang umum.
Dasar untuk pindah dari ragu kepada yaqin adalah kepercayaan kepada Tuhan bahwa Dia tidak mungkin menyesatkan hamba-hambaNya.
            Dasar ilmu pendidikan Islam dengan segala ajarannya. Ajaran itu bersumber dari al-Qur`an, sunnah Rasulullah saw, (selanjutnya disebut Sunnah), dan ra`yu (hasi pikir manusia). Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-Qur`an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasan tidak ditemukan di dalam al-Qur`an, maka harus dicari di dalam sunnah, apabila tidak ditemukan juga dalam sunnah, barulah digunakan ra`yu. Sunnah tidak bertentangan dengan al-Qur`an , dan ra`yu tidak boleh bertentangan dengan al-Qur`an dan sunnah.

2.  Macam-macam Dasar-dasar Pendidikan Islam
a. Al-Qur`an
Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad saw dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Terjemahan al-Qur`an kedalam bahasa lain dan tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya bukan nash yang qath`i dan sah dijadikan rujukan dalam menarik kesimpulan ajarannya.
Al-Qur`an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Allah swt menjelaskan hal ini didalam firman-Nya:

Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (Q.S. Al-Isra`: 9)
Petunjuk al-Qur`an sebagaimana di kemukakan Mahmud Syaltut di kelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud al-Qur`an, yaitu:
1. Petunjuk tentang aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan  akan keesaan Tuhan serta kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan
      2.  Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan
3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubugannya dengan tuhan dan sesamanya.
Pengelompokan tersebut dapat disederhanakan menjadi dua, yaitu petunjuk tentang akidah dan petunjuk tentang syari`ah.

Dalam menyajikan maksud-maksud tersebut, al-Qur`an menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Mengajak manusia untuk memperhatikan dan mengkaji segala ciptaan Allah.
2. Menceritakan kisah umat terdahulu kepada orang-orang yang mengerjakan kebaikan maupun yang mengadakan kerusakan, sehingga dari kisah itu manusia dapat mengambil pelajaran tentang hukum sosial yang diberlakukan Allah terhadap mereka.
3.Menghidupkan kepekaan bathin manusia yang mendorongnya untuk bertanya dan berfikir tentang awal dan materi kejadiannya, kehidupannya dan kesudahannya,sehingga insyaf akan Tuhan yang menciptakan segala kekuatan.
4.Memberi kabar gembira dan janji serta peringatan dan ancaman.
Menurut M. Quraish Shihab hubungan al-Qur`an dan ilmu tidak di lihat dari adakah suatu teori tercantum di dalam al-Qur`an, tetapi adakah jiwa ayat-ayatnya
menghalangi kemajuan ilmu atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan. Kemajuan ilmu tidak hanya dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur terciptanya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu itu.[2][5]
Dalam hal ini para ulama` sering mengemukakan perintah Allah SWT langsung maupun tidak langsung kepada manusia untuk berfikir, merenung, menalar dan  sebagainya, banyak sekali seruan dalam al-Qur`an kepada manusia untuk  mencari dan menemukan kebenaran dikaitkan dengan peringatan, gugatan,atau perintah supaya ia berfikir, merenung dan menalar.
b. Sunnah 
            Al-Qur`an disampaikan oleh Rasulallah saw kepada manusia dengan penuh amanat, tidak sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya, manusialah hendaknya yang berusaha memahaminya, menerimanya dan kemudian mengamalkannya.
            Sering kali manusia menemui kesulitan dalam memahaminya,dan ini dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama penerima al-Qur`an. Karenanya mereka meminta penjelasan kepada Rasulallah saw, yang memang diberi otoritas untuk itu.
Allah SWT menyatakan otoritas dimaksud dalam firman Allah SWT di bawah ini:  
……. dan Kami turunkan kepadamu al-Dzikri (Al Quran), agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir (Q. S. al-Nahl, 44).
Penjelasan itu disebut al-Sunnah yang secara bahasa al-Thariqoh yang artinya jalan, adapun hubungannya dengan Rasulullah saw berarti perkataan, perbuatan, atau ketetapannya
            Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab mengingatkan bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan datang suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an. Maka  hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang bergelut dengan sunah lebih tahu tentang kitab Allah SWT.
            Menurut Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam lapangan pendidikan sunnah mempunyai dua faedah:
1. Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam al-Qur`an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya
2. Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat di praktikkan.
c. Ra`yu
            Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya.[3][7]
            Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai dengan perubahan yang tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan yang ada di zaman sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang mestinya tidak dijumpai pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan jawaban untuk kepentingan pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad dari pada pendidik muslim. Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh- sungguh orang muslim untuk selalu berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah tentang suatu prilaku ,orang muslim akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk menemukannya dengan prinsip-prinsip al-Qur`an atau Sunnah.
            Ijtihad sudah dilakukan para ulama sejak zaman shahabat. Namun, tampaknya literatur-literatur yang ada menunjukkan bahwa ijtihad masih terpusat pada hukum syarak, yang dimaksud hukum syarak,menurut Ali Hasballah ialah proposisi-proposisi yang berisi sifat-sifat syariat (seperti wajib, haram, sunnat) yang di sandarkan pada perbuatan manusia, baik lahir maupun bathin.[4][8] Kemudian dalam hukum tentang perbuatan manusia ini tampaknya aspek lahir lebih menonjol ketimbang aspek bathin. Dengan perkataan lain, fiqih zhahir lebih banyak digeluti dari pada fiqih bathin. Karenanya, pembahasan tentang ibadat, muamalat lebih dominan ketimbang kajian tentang ikhlas, sabar, memberi maaf, merendahkan diri, dan tidak menyakiti oang lain. Ijtihad dalam lapangan pendidikan perlu mengimbangi ijtihad dalam lapangan fiqih (lahir dan bathinnya)  

3.  Pendidikan Islam pada Masa Sekarang
Sejarah pendidikan pada masa Reformasai dimulai sejak berakhirnya masa orde Baru yang dipimpim oleh Soeharto. Lengsernya Soeharto dari kepresidenan pada tahun 1998 menjadi tonggak dimulainya pendidikan islam pada masa Sekarang.
Sekarang merupakan suatu perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut Arti kata dalam bahasa indonesia adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Di Indonesia, kata Sekarang umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto  atau era setelah Orde Baru
Program peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan oleh pemerintah Orde Baru akan mulai berlangsung pada Pelita VII terpaksa gagal, krisis ekonomi yang berlangsung telah mengubah konstelasi politik maupun ekonomi nasional. Secara politik, Orde Baru berakhir dan digantikan oleh rezim yang menamakan diri sebagai “Sekarang Pembangunan” meskipun demikian sebagian besar roh Orde Sekarang masih tetap berasal dari rezim Orde Baru, tapi ada sedikit perubahan, berupa adanya kebebasan pers dan multi partai.
Dalam bidang pendidikan kabinet Sekarang hanya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis. Tugas jangka pendek Kabinet Sekarang yang paling pokok adalah bagaimana menjaga agar tingkat partisipasi pendidikan masyarakat tetap tinggi dan tidak banyak yang mengalami putus sekolah.
            Dalam bidang ekonomi, terjadi krisis yang berkepanjangan, beban pemerintah menjadi sangat berat. Sehingga terpaksa harus memangkas program termasuk didalamnya program penyetaraan guru-guru dan mentolerir terjadinya kemunduran penyelesaian program wajib belajar 9 tahun. Sekolah sendiri mengalami masalah berat sehubungan dengan naiknya biaya operasional di suatu pihak dan makin menurunnya jumlah masukan dari siswa. Pembangunan di bidang pendidikan pun mengalami kemunduran.
            Beberapa hal yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan belum terpenuhi secara maksimal ialah:
a)  Distribusi pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh lapisan       sosial kelas bawah.
Lapisan bawah pirsmida sosial ini kurang didekati secara metodologis, nilai dan potensinya, disamping struktur sosial bawah yang belum mampu mengantisispasi makna dari pendidikan agama karena mereka memandang arti pendidikan agama melalui kaca mata materi. Lulisan sekolah agama lebih-lebih sarjananya dipandang nilai gengsinya lebih rendah di bandingkan dengan para insinyur, dokter dan sarjana-sarjana lain yang non agama dipandang memiliki masa denpan jauh lebih baik dari pada sarjana-sarjana agama.
b)  Kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum mendapatkan pos yang strategis.
Hal ini terlihat pada kenyataan belum berfungsinya lembaga-lembaga keagamaan secara penuh dalam partisipasi fungsionalnya terhadap pembangunan. Pendidikan Islam dan lembaga-lembaga agama lainnya memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan aspek-aspek ritual keagamaan dan bersifat sektoral, sementara kebanyakan penerjemahan nilai-nilai keagamaan dan pendidikan agama secara aktual (bil hal) sangat minim, bahkan masih dalam taraf proses menuju titik pandang yang strategis. Meskipun pemikiran dan aplikasi pendidikan Islam kearah masyarakat bawah telah dimulai dirasakan, mengingat pendidikan Islam yang memang berasal dari masyarakat bawah, akhirnya upaya tersebut belum berarti banyak.
c)      Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini.
Karena secara otomatis lahan pekerjaan bagi tamatan sekolah agama semakin menipis karena yang banyak dibutuhkan di negara industri adalah para teknisi. Dengan demikian,  para lulusan sekolah agama sulit mendapatkan prioritas yang layak dalam program pembangunan, yang secara tidak langsung ikut menentukan nasib dari pendidik Islam di Indonesia pada masa pembangunan dewasa ini.
d)     Perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif dalam dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas.
Perubahan ini menyebabkan hal yang sangat tidak menguntungkan bagi jalan pendidikan Islam di Indonesia.[2]

HM. Yusuf Hasyim mengungkapkan betapa besarnya pendidikan Islam di Indonesia hanya dengan menunjukkan salah satu sampelnya yaitu pesantren. sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah-madrasah bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus pendidikan Islam bertanggung jawab terhadap kelangsungan tradisi keislaman dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pendidikan Islam, baik secara kelembagaan maupun inspiratif, memilih model yang dirasakan mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin yang sejati, mempunyai kualitas moral dan intelektual.
Selama ini banyak dijumpai pesantren-pesantren yang tersebar dipelosok tanah air, terlalu kuat mempertahankan model tradisi yang dirasakan klasik, sebagai awal dari system pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya pendidikan Islam lebih mengutamakan pada aspek keagamaan, dengan metode klasiknya. Tidak jarag sekolah atau madrasah menolak berbagai bantuan dan perhatian pemerintah hanya karena persoalan-persoalan kecil yang sesungguhnya merugikan perkembangan pendidikan Islam itu sendiri. Kesadaran akan adanya kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga pengelola pendidikan Islam di Indonesia dengan pihak-pihak penguasa terkadang masih merupakan kendala untuk mewujudkan peran pendidikan Islam dalam era pembangunan dewasa ini.
Yang harus disadari adalah lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan Islam memiliki potensi yang sangat besar bagi jalannya pembangunan di negeri ini terlepas dari berbagai anggapan tentang pendidikan yang ada sekarang, harus diingat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah banyak melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. Karena pendidikan yang di jalankan adalah pendidikan Islam, maka yang mendasar di lembaga dan pengelola pendidikan Islam sejak zaman  penjajahan hingga masa pembangunan dewasa ini adalah nilai-nilai islam sebagaimana yang diatur oleh Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. melaksanakan pembanguna dalam sektor pendidikan bagi umat Islam Indonesia merupakan ibadah. Ibadah bagi umat Islam itu terdiri dari atas dua wujud, yaitu:
a.  Melaksanakan doktrin agama atau perintah agama yang telah jelas dan pasti, tanpa menanyakan alasannya atau memikirkan mengapa harus demikian, sebab hal ini mengenai bidang akidah yang harus diyakini kebenarannya. Ibadah dalam pengertian ini berorientasi kepada kehidupan akhirat dan ukhrawi.
b. Melaksanakan perbuatan-perbuatan yang benar, baik dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi kepentingan bersama meliputi manfaat lahir dan batin. Wujud ibadah yang kedua ini sepenuhnya berada dalam pemikiran dan kewenangan serta kekuasaan manusia untuk melaksanakannya dan berorientasi pada kehidupan duniawi

Pada saat ini sudah banyak pesantren dan madrasah yang modern dengan mengacu kepada tujuan muslim, maka pendidikan pesantren akan memadukan produk santri untuk memiliki outputnya (lulusan) agar memiliki 3 tipe lulusan yang terdiri dari:
a. Religius skillfull people yaitu insan muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil, ikhlas, cerdas, mandiri, iman yang tangguh sehingga religius dalam tingkah dan prilaku, yang akan mengisi kehidupan tenaga kerja didalam berbagai sector pembangunan.
b. Religius Community leader, yaitu insane Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri akan menjadi penggerak yang dinamis dalam transformasi sosial dan budaya dan mampu melakukan pengendalian sosial (sosial control).
c. Religius intelektual, yaitu mempunyai integritas kukuh serta cakap melakukan analisa ilmiah dan concern terhadap masalah-masalah ilmiah.

4.Kedudukan pendidikan Agama Islam di indonesia
Pada masa Orde Baru, sejak tahun 1966 pendidikan agama merupakan mata pelajaran pokok disekolah dasar maupun perguruan tinggi negeri, dan ikut dipertimbangkan dalam penentuan kenaikan kelas, sesuai dengan Tap MPRS No.XXVII/ MPRS/ 1966. Dalam Ketetapan MPR berikutnya, tentang GBHN Tahun 1973, 1983, 1988 pendidikan agama juga semakin mendapatkan perhatian, dengan dimasukkannya kedalam kurikulum disekolah mulai dari SD sampai Universitas Negeri. Didalam UU No.2/1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 39 ayat 2 ditetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan agama. Bahkan didalam Tap MPR No.II/MPR/1993 tentang GBHN, juga ditegaskan bahwa agama dijadikan sebagai penuntun dan pedoman bagi pengembangan dan penerangan iptek. Kini, kedudukan bidang studi agama menempati tempat utama dalam program pendidikan umum setara dengan PMP dan Bahasa Indonesia, tetapi jumlah jam pelajarannya menjadi berkurang dibandingkan dengan kurikulum 1968.
Kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa pendidikan agama mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam pembangunan negara dan masyarakat Indonesia.
Sedangkan kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Penanaman Nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata, dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran,yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dalam bidang Agama Islam, agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain

5.Tujuan Setiap Jenjang Pendidikan Islam
Pada masa ini pendidikan Islam sudah memiliki jenjang yang baku seperti Madrasah Ibtidaiyyah untuk tingkatan dasar. Madrasah Tsanawiyyah untuk tingkatan menengah pertama dan Madrsah Aliyah untuk tingkatan menengah atas. Tujuan Pendidikan Agama Islam berdasarkan jenjang pendidikan, di antaranya yaitu:
1.Tujuan untuk jenjang pendidikan MI /SD dan MTS / SLTP meliputi:
a)Tumbuhnya keimanan dan ketaqwaan dengan mulai belajar Al-Qur’an dan praktek-praktek ibadah secara verbalistik dalam rangka pembiasaan dan upaya penerapannya.
b) Tumbuhnya sikap beretika melalui keteladanan dan penanaman motifasi.
c) Tumbuhnya penalaran (mau belajar, ingin tahu senang membaca, memiliki inofasi, dan berinisiatif dan bertanggungjawab)
d) Tumbuhnya kemampuan berkomunikasi sosial.
e)  Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan.

2.  Tujuan pendidikan pada jenjang MA/SLTA meliputi:
a)  Tumbuhnya keimanaan dan ketaqwaan dengan memiliki kemampuan baca tulis Al-qur’an dan praktek-praktek ibadah dengan kesadaran dan keikhasan sendiri.
b)   Memiliki etika.
c)    Memiliki penalaran yang baik.
d)   Memiliki kemampuan berkomunikasi sosial.
e)     Dapat mengurus dirinya sendiri.

Tujuan Pendidikan Tingkat Tinggi didalam penguasaan ilmu pendidikan dan kehidupan praktek ibadahnya bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi telah memiliki kemampuan untuk menyebarkan kepada masyarakat dan menjadi teladan bagi mereka.[5]
Dalam Islam, tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik budi pekerti, oleh karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan Islam tersebut. Pemahaman ini bukan berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu pengetahuan (science). Namun, pendidikan Islam memperhatikan segi-segi lainnya. Untuk itu, sebagaimana Dr. Fadhil al Djamaly, umat Islam harus mampu menciptakan sistem pendidikan yang didasari atas keimanan kepada Allah, karena hanya imanlah yang benar yang menjadi dasar pendidikan yang benar dan membimbing umat kepada usaha mendalami hakikat menuntut ilmu yang benar.


BAB III
PENUTUP

Sejarah pendidikan pada masa Reformasai dimulai sejak berakhirnya masa orde Baru yang dipimpim oleh Soeharto. Lengsernya Soeharto dari kepresidenan pada tahun 1998 menjadi tonggak dimulainya pendidikan islam pada masa Sekarang.
Beberapa hal yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan belum terpenuhi secara maksimal ialah: Distribusi pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh lapisan sosial kelas bawah, kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum mendapatkan pos yang strategis, Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini, perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif dalam dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas.
Dalam Islam, tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik budi pekerti, oleh karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan Islam tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Mustofa dan Abdullah Ali. 1998. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Suwendi. 2004. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Gravindo Persada.
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-Sekarang.html
"http://berbagi-makalah.blogspot.com/2011/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa.html"
http://www.abunawas.co.tv/2010/03/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html















Tagged as:
About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

animasi-bergerak-bendera-indonesia-0010
">See all posts'); document.write('

?max-results=10">

'); document.write("?max-results="+numposts1+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Diberdayakan oleh Blogger.
?">index'); document.write('

?max-results=10">Label 5

');
    ?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");

Mengenai Saya

anak singkong yang tak berhenti bermimpi cinta damai dan selalu setia

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Translate

Popular Posts

MITRA

back to top