Penyesalan Yang Terlambat
Posted by http://smpm6klego.blogspot.com |  at 10.12
Penyesalan Yang Terlambat
Faathir 8.Maka
apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang
buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang
tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa
yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka
janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Bismillahir-Rahmanir-Rahim … Sepasang
suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan
anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan
ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah
dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya,
ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku
karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan ,
tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak
kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu
bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun
membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke
tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil
sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya
gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain
sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa
disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan
suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran
angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke
rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah
yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar.
Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya.
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘
Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau
lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya,
tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata
“Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil
memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah
hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan
rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya .
Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus
ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang
tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja,
seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu
rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama
memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.
Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut
menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan
dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah
memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut
menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat
luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak
kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu
rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu
rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak
memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu.
Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si
ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski
setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab
pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum
si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat
anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar
pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah
memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti
kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai
saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan
agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah
beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.
“Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua
tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi
akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua
tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak
dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa
dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan
berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya
menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah,
selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan.
Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.
Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia
mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan
sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak
akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau
jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali
membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok
Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat
wanita itu meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa
diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya
Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji
tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa
hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat
hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya.
Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan
hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa
tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun
kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai
suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat
diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan
segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan
sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya …
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat
Tagged as:
About the Author
Write admin description here..
0 komentar: